20px

Sepiring Bertiga: Saat Makan Jadi Ruang Belajar Bersama Anak

Jodyaryono5072
160 artikel
Makan Bertiga dan Belajar Bersama , Sumber: ChatGPT4o Prompt By Jody Aryono
Makan Bertiga dan Belajar Bersama , Sumber: ChatGPT4o Prompt By Jody Aryono

Sepiring Bertiga: Saat Makan Jadi Ruang Belajar Bersama Anak

Sepiring, Dua Bocil menjelang remaja, dan Satu Dunia yg sama 

Kadang saya hanya menaruh satu piring besar di tengah. Bukan karena dapur kehabisan alat makan, tapi karena ingin kami saling dekat. Biasanya hanya anak laki-laki Haekal, 16 tahun, dan Hanan, 11 tahun, yang ikut makan bareng seperti ini. Saya di tengah. Sepiring bertiga. Tangan kadang bersinggungan, sendok kadang saling tabrakan, tapi justru di situlah obrolan hidup.

Si kecil Hasna masih sering minta disuapin umminya sekalian umminya makan bersama dia , sedangkan kakaknya, Haura, agak susah diajak makan bareng karena lebih nyaman makan sendiri di meja makan. Sementara kami bertiga biasa duduk lesehan di ruang tamu.

Di layar, kadang muncul berita. Kadang tayangan detektif. Sementara nasi dan lauk habis perlahan, kami menelan lebih dari sekadar makanan.

Filem Detektif , Berita Palestina Atau Film Series Seperti Arab Maklum Menyatukan kita 

Mengapa Kami Melakukannya

Kebiasaan ini lahir dari kerinduan akan kehadiran. Dalam hidup yang penuh kesibukan dan jadwal yang saling bertabrakan, satu piring itu menjadi ruang kecil untuk menyatukan dunia kami. Haekal yang mulai remaja, Hanan yang suka bertanya, dan saya yang selalu ingin belajar memahami mereka.

Pelajaran dari Sebuah Piring

Saat nonton berita, kami mendiskusikan fakta. Saat nonton detektif, kami menebak bersama, melatih intuisi dan logika. Di sela kunyahan, sering keluar kalimat seperti: “Abi, dia pembunuhnya karena dia bohong soal jam 10, kan?” atau “Kenapa kok berita itu gak seimbang ya, Bi?”

Tanpa mereka sadari, saya sedang membiasakan critical thinking sejak dini. Lewat nasi dan kuah sayur, saya menyisipkan nilai.

Bukan Soal Makanan, Tapi Makna

Kami terbiasa makan santai. Tak buru-buru. Dan lebih sering pakai tangan daripada sendok, kecuali kalau sedang makan sayur yang berkuah. Haekal biasanya duduk selonjoran, Hanan suka nyuap dengan tangan kiri lalu ingat sendiri, “Eh, tangan kanan ya…” Lalu kami tertawa.

Kesalahan umum yang terjadi dalam banyak keluarga adalah membiarkan waktu makan jadi rutinitas sunyi. Makan masing-masing, di kamar masing-masing, dengan gawai masing-masing. Padahal, justru di meja makan. atau bahkan di lantai ruang tengah. jendela hati anak bisa dibuka.

Saya tidak selalu sukses. Kadang kami juga sibuk masing-masing. Tapi saya berusaha menjaga waktu makan bersama sebagai momen sakral, bahkan jika hanya dengan sepiring bertiga dan tangan yang belepotan nasi.

Riset dan Diskusi bukan di Meja Makan, tapi di Meja Tamu lesehan

Haekal pernah bertanya soal Palestina, setelah menonton berita di sela makan. Hanan menimpali, “Kenapa ada perang kalau katanya dunia sudah modern?” Dari sana, diskusi berkembang. dan saya tahu, pendidikan tak harus di kelas atau di meja belajar.

Itu cukup satu piring, satu layar, dan tiga kepala yang mau berpikir bersama.

Otak, Hati, dan Lambung: Tiga Pintu Pembelajaran

Penelitian menunjukkan bahwa proses belajar yang menyenangkan akan lebih tertanam di memori jangka panjang. Ketika anak belajar dengan rasa aman, nyaman, dan penuh kedekatan emosional.misalnya saat makan bersama.maka pelajaran akan melekat lebih dalam dibandingkan sekadar duduk dan mencatat.

Maka saya membiarkan mereka bertanya, bahkan saat tangan masih penuh minyak goreng.

Kalau Tak Punya Jawaban, Sediakan Telinga

Saat saya tidak tahu jawaban, saya katakan dengan jujur. Lalu saya lemparkan balik ke mereka: “Menurutmu gimana?” Kadang jawaban anak-anak justru lebih jernih dari analisis orang dewasa. Saya tak ingin meja makan jadi tempat saya menggurui, tapi jadi tempat kami bertumbuh bersama.

Tips untuk Orang Tua: Jadikan Meja Makan Sebagai Podcast Interaktif

Pilih tontonan yang bisa jadi bahan diskusi: berita, film detektif, dokumenter.

  • Sediakan waktu, bukan makanan mahal. Bahkan dengan lauk sederhana, diskusi bisa berkelas.

  • Biarkan anak berbicara lebih banyak. Kita cukup memancing.

  • Jika perlu, sekali-sekali makan sepiring bertiga. Supaya lebih dekat, lebih hangat.

    Bukan Sekadar Kenyang, Tapi Terhubung

    Saya tak tahu sampai kapan Haekal dan Hanan mau makan satu piring dengan saya. Mungkin suatu saat mereka akan berkeluarga dan terpisah dengan saya , momen seperti ini tidak akan kembali, atau mereka terlalu sibuk. Tapi saya ingin kenangan itu tertanam. Bahwa mereka pernah belajar tentang kebenaran, logika, dan empati. bukan di ruang kelas, tapi di pinggir piring yang kami habiskan bersama.

    .