
Sebagian dari kami datang ke RCC gelombang ini dengan wajah tenang. Sudah pernah, sudah tahu alurnya, bahkan sebagian tugas sudah disiapkan sebelumnya. Tapi begitu memasuki aula tempat asesmen ulang berlangsung, rasa itu berubah. Bukan karena takut gagal... tapi karena kami sadar: lisensi ini tidak hanya soal "masih bisa ases", tapi soal "masih pantaskah saya dipercaya?"

Apa Itu RCC Bagi Asesor?
Recognition of Current Competency (RCC) adalah mekanisme resmi untuk memperpanjang masa berlaku sertifikasi asesor. Tidak otomatis. Tidak pasif. Tidak berdasarkan "dulu pernah ikut pelatihan". Tapi berdasarkan:
Bukti keaktifan asesmen
Dokumen nyata yang bisa diverifikasi
Komitmen terhadap etika dan prinsip asesmen
Tugas-Tugas Nyata dalam RCC
Dalam RCC ini, kami diminta:
Mencetak dokumen tugas asesmen yang pernah kami kerjakan
Menyusun kembali CV, ijazah, dan serkom sebagai identitas profesional
Menyerahkan foto formal terbaru
Mempersiapkan seluruh berkas dalam bentuk cetak, meskipun semua sebelumnya sudah dikirim digital
Banyak asesor dibantu oleh tim admin, namun tanggung jawab akhir tetap melekat pada masing-masing peserta.
Mengapa Perlu Diperpanjang?
Banyak yang bertanya, "Bukankah saya sudah pernah dinyatakan kompeten?"
Jawabannya sederhana:
Ya. Tapi kompetensi itu harus dipelihara.
RCC memastikan bahwa asesor:
Masih paham perubahan regulasi
Masih aktif menjalankan peran
Masih menjunjung integritas dan objektivitas
Jika tidak diperpanjang, lisensi otomatis tidak berlaku. Maka RCC bukan hanya penting --- tapi wajib bagi yang ingin terus mengemban profesi ini.
Kesalahan Umum: Meremehkan Nilai Komitmen
Sebagian peserta hanya fokus pada kelengkapan dokumen. Padahal ada satu aspek tak terlihat: jiwa etik. Apakah asesmen yang kita lakukan masih menjunjung fairness, confidentiality, dan validity? Apakah kita memberi ruang refleksi kepada peserta, atau hanya mengejar kelulusan?
Petuah Prof Ucok dan Kutipan Pak Mohammad Nuh
Dalam salah satu sesi refleksi, Prof Ucok menyampaikan:
"Keahlian itu seperti bisa memasukkan benang ke lubang jarum dengan cepat. Mengagumkan. Tapi kalau tidak berguna, tidak menyentuh kehidupan orang lain... maka itu hanya kecepatan tanpa makna. Bahkan, orang seperti itu layak diberi medali dan cambuk sekaligus."
Ruang pun hening. Tapi belum selesai.
Prof Ucok kemudian menegaskan kembali pesan itu dengan mengutip pernyataan dari mantan Mendikbud, Prof. Mohammad Nuh:
"Ilmu itu bukan sekadar transfer informasi, tapi transformasi kemanusiaan. Jika skill Anda tidak memberi manfaat bagi sesama, itu bukan kompetensi... itu keterampilan kosong."
Kutipan ini mengguncang kami lebih dalam. Karena dalam proses RCC, ternyata bukan hanya kompetensi yang diuji... tetapi manfaat sosial dari kompetensi itu.
Refleksi: Di Titik Ini, Kami Diuji Ulang
Kami tahu RCC ini bukan saringan untuk menjatuhkan. Tapi cermin untuk melihat kembali:
Apakah kami masih layak memegang amanah?
Apakah kami masih membawa nilai etik dalam praktik asesmen?
RCC menyelamatkan kami dari keangkuhan, dari rutinitas kosong. Ia mengajak kami untuk kembali jujur pada diri sendiri.
Penutup: Kompetensi Harus Hidup
Menjadi asesor adalah kehormatan. Tapi RCC mengingatkan: pengakuan bukan untuk dikenang, tapi untuk terus dibuktikan. Setiap "kompeten" yang kita tulis bisa mengubah hidup orang lain. Maka sudah sepatutnya... kita juga diuji ulang.

.