“Saudaraku, mengapa kita berat untuk ikhlas, bersabar, yakin, tawakal, khusyuk, syukur, istiqamah, dan cinta kepada Allah serta akhirat?”
Kalimat ini singkat, tapi menghantam relung hati yang dalam. Pertanyaan yang dilemparkan oleh Bang Ronny B MRBJ di sebuah grup diskusi WhatsApp dini hari tadi, tidak hanya menyentuh sisi spiritual, tetapi juga menyadarkan betapa kita sebagai manusia memang kerap terjerembap dalam jebakan dunia.
Dunia Itu Menarik, Tapi Sering Menyesatkan
Kita bisa menghabiskan waktu berjam-jam scrolling media sosial, memburu likes, mencari validasi, mengejar posisi, gaji, atau gadget baru. Tapi ketika azan berkumandang, kita berat berdiri. Berat untuk membuka mushaf. Berat menyisihkan sebagian rezeki.
Kenapa?
Karena dunia punya magnet. Dan magnet itu menempel kuat di hati yang belum bersih.
Bisikan Dunia dan Nafsu
Kita tahu mana yang baik. Tapi ujian datang bukan dari ketidaktahuan, melainkan dari hawa nafsu dan bisikan yang menyesatkan. Kita tahu pentingnya sedekah, tapi hati berkata, “nanti dulu.” Kita tahu pentingnya ilmu, tapi tetap enggan melangkah ke majelis atau membuka buku.
Seperti kata Ibnu Qayyim:
"Sejauh mana besarnya ambisi dan cinta seseorang kepada dunia, sejauh itu pula berat dirinya dalam melakukan ketaatan kepada Allah."
Mengapa Kita Takut Melepas Dunia?
Karena kita tak yakin akhirat itu nyata. Kita ragu, meskipun lisan berkata percaya. Akhirnya, prioritas pun terbalik: yang fana diburu mati-matian, yang abadi justru dilalaikan.
Padahal, dunia hanya terminal. Perhentiannya sebentar. Dan siapa pun yang terlalu sibuk di terminal, bisa kehilangan tiket ke tujuan.
Taat Itu Perjuangan, Bukan Kenyamanan
Tak ada yang bilang taat itu mudah. Tapi setiap langkah untuk Allah, seberat apa pun, pasti dibalas. Bahkan usaha yang belum berhasil pun tetap bernilai.
Taat itu bukan tentang sempurna. Tapi tentang terus kembali. Terus memperbaiki. Terus berjuang melawan “berat” yang datang dari dalam diri.
Refleksi dari Bang Ronny
Tulisan ini terinspirasi dari rangkaian tanya-jawab kontemplatif ala Bang Ronny, yang menuliskan renungan pagi bertajuk:
"Cinta Dunia Adalah Pangkal dari Segala Dosa dan Kesalahan".
Beliau mengajak kita mengoreksi hati. Bukan untuk menghakimi, tapi untuk menghidupkan kembali keinginan untuk bertaat—karena sejatinya, berat di awal adalah ringan di akhirat.
Penutup: Mari Kita Seimbangkan
Mari kita rawat dunia dengan tanggung jawab, tapi jangan cinta berlebihan. Mari kita bangun dunia dengan semangat, tapi siapkan akhirat dengan lebih sungguh-sungguh.
Kalau kita bisa ringan menonton film 2 jam, harusnya bisa ringan pula membaca Quran 15 menit.
Kalau kita bisa disiplin nge-gym, harusnya bisa pula disiplin salat.
Kalau kita bisa update status tiap hari, harusnya bisa update hubungan dengan Tuhan tiap hari juga.
Referensi:
Muslim.or.id menjelaskan makna hadits “hubb al-dunya ra’su kulli khathi’ah”.
Rumaysho membahas tafsir Ibnu Qayyim tentang cinta dunia vs cinta akhirat.
Almanhaj mengulas bagaimana cinta dunia bisa melemahkan ruh keislaman.
.