Biar "Commuting" Tak Bikin Stres, Bagaimana Caranya?
Rutinitas yang Melelahkan
Setiap pagi jalanan macet, kereta penuh sesak, atau antrean panjang di halte membuat banyak orang menghela napas. Commuting bukan sekadar perpindahan dari rumah ke tempat kerja... melainkan drama harian yang bisa menyedot energi bahkan sebelum pekerjaan dimulai.
Mengapa Commuting Jadi Beban?
Keterlambatan transportasi, polusi udara, hingga desakan penumpang kerap menimbulkan rasa frustrasi. Ditambah lagi durasi perjalanan yang panjang sering membuat tubuh lelah dan pikiran tidak fokus. Semua itu menumpuk menjadi stres yang berulang.
Faktor Lingkungan yang Memengaruhi
Bukan hanya macet atau antrean yang jadi masalah. Kondisi cuaca ekstrem, kualitas udara buruk, serta kurangnya fasilitas transportasi publik yang nyaman memperparah pengalaman commuting. Faktor eksternal ini seringkali di luar kendali individu.
Kesalahan Umum Saat Bepergian
Banyak orang justru menambah stres dengan terburu-buru berangkat, membawa barang berlebihan, atau mengisi perjalanan dengan keluhan. Alih-alih membuat perjalanan lebih ringan, kebiasaan ini hanya memperburuk suasana hati.
Menjadikan Perjalanan Lebih Ringan
Ada cara sederhana yang bisa dicoba: mendengarkan musik, podcast, atau murottal yang menenangkan; membawa buku atau e-reader; bahkan sekadar menarik napas panjang dan melatih mindfulness. Perjalanan bisa diubah menjadi ruang jeda sebelum aktivitas kerja.
Perspektif dalam Islam
Dalam Islam, setiap langkah menuju pekerjaan yang halal adalah bagian dari ibadah. Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa mencari nafkah untuk keluarga termasuk jihad di jalan Allah. Dengan menyadari nilai spiritual ini, commuting tidak lagi hanya perjalanan melelahkan, tapi bisa menjadi amal bernilai. Membaca dzikir atau doa di sepanjang perjalanan pun dapat menenangkan hati sekaligus memperbanyak pahala.
"Barangsiapa keluar rumah untuk mencari ilmu atau rezeki yang halal, maka ia berada di jalan Allah hingga ia kembali."
"Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram." (QS. Ar-Ra'd: 28)
Fakta Ilmiah yang Mendukung
Menurut riset Harvard Business Review, commuting yang dikelola dengan baik justru bisa menjadi "transition ritual". Artinya, otak diberi kesempatan menyiapkan diri sebelum masuk ke ruang kerja. Durasi yang sama bisa terasa berbeda bila diisi dengan kegiatan positif.
Pertolongan Pertama Saat Stres Menyerang
Jika sudah terjebak dalam kemacetan atau keterlambatan, fokuslah pada hal yang masih bisa dikendalikan. Minum air putih, mengatur pernapasan, atau sekadar mengalihkan perhatian dengan membaca pesan positif bisa membantu menurunkan ketegangan. Bagi seorang Muslim, istighfar atau doa singkat bisa menjadi obat hati paling ampuh.
"Hasbunallahu wa ni'mal wakil... Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan sebaik-baik Pelindung."
Tips Pencegahan Agar Tidak Terulang
Bangun lebih awal, gunakan aplikasi transportasi untuk memantau kondisi lalu lintas, pilih alternatif rute, atau manfaatkan sistem kerja hybrid jika memungkinkan. Kesiapan sederhana ini mampu memangkas banyak potensi stres.
Refleksi Pribadi
Saya sendiri pernah merasa commuting hanya membuang waktu. Namun setelah mencoba mengubah cara pandang, perjalanan justru menjadi ruang refleksi pribadi. Terkadang di atas motor, di dalam kereta, atau saat berjalan kaki, ide-ide segar muncul yang tidak pernah datang di meja kerja. Dengan melibatkan dzikir ringan selama perjalanan, saya merasa lebih tenang dan justru lebih bersyukur. Commuting yang dulu terasa sia-sia, kini bisa menjadi ruang hening sekaligus ladang ibadah.
.