AI yang Meniru Suara Ulama: Tabayyun atau Fitnah Digital?
Belakangan ini, dunia digital dikejutkan oleh fenomena AI voice cloning---teknologi yang mampu meniru suara manusia dengan sangat mirip, termasuk suara para tokoh agama. Di satu sisi, ini membuka peluang dakwah yang luas. Di sisi lain, muncul ancaman serius: bagaimana jika suara ulama dipalsukan untuk menyebarkan konten yang tidak pernah mereka sampaikan?
Teknologi yang Bisa Jadi Pedang Bermata Dua
AI saat ini bisa menghasilkan suara dari teks dengan intonasi, gaya bicara, bahkan jeda khas seseorang. Ini berarti siapa pun bisa membuat "ceramah" dari seorang ustadz---padahal beliau tidak pernah mengatakannya.
Bayangkan jika muncul video dengan suara mirip Ustadz A, mengeluarkan fatwa kontroversial. Viral. Padahal itu hanya hasil AI.
Perspektif Islam: Tabayyun Dulu, Jangan Langsung Sebar
Dalam Islam, kita diajarkan prinsip tabayyun---klarifikasi sebelum menyebarkan informasi (QS. Al-Hujurat: 6). Maka:
Sebelum percaya, cari sumber asli ceramahnya.
Jangan langsung share hanya karena terdengar seperti suara yang dikenal.
AI untuk Kebaikan, Bukan Kebohongan
Gunakan AI voice untuk dakwah kreatif, dengan izin pemilik suara.
Hindari membuat konten hoaks walau "hanya bercanda."
Jika ingin membuat suara sintetis, sampaikan dengan jujur bahwa itu buatan AI.
Penutup
Teknologi AI adalah amanah. Kalau disalahgunakan, ia bisa menjadi fitnah digital yang membahayakan umat.
Bukan salah suara yang mirip, tapi salah niat yang menyamar.
Maka, di tengah zaman canggih ini, mari kita jadi pengguna bijak. Tabayyun dulu sebelum sebar---karena bisa jadi, yang terdengar seperti ilmu... ternyata hanya ilusi.
.